Halo, sahabat Kunika! Pernahkah kamu bertanya-tanya, “hari yang dilarang berhubungan intim menurut Islam itu kapan sih?” Gak usah bingung, di artikel ini, kita akan mengupas tuntas tentang waktu-waktu yang dilarang untuk berhubungan intim dalam agama Islam. Ini adalah panduan lengkap yang bakal bermanfaat banget buat kamu dan pasangan. So, yuk kita mulai!
Hubungan Intim dalam Pandangan Islam
Sebelum kita masuk ke topik utama, ada baiknya kita sedikit membahas hubungan intim dalam pandangan Islam. Dalam Islam, hubungan intim antara suami istri adalah hal yang wajar dan menjadi bagian dari ibadah. Bahkan, Rasulullah SAW pernah bersabda:
“Dan pada dirimu ada sedekah.” Sahabat bertanya, “Apakah seseorang dari kami bersetubuh dengan istrinya mendapatkan pahala?” Rasulullah menjawab, “Apakah jika dia menempatkan syahwatnya di tempat yang haram, dia mendapatkan dosa? Maka demikian pula jika dia menempatkan syahwatnya di tempat yang halal, dia mendapatkan pahala.” (HR. Muslim).
Hadis ini jelas menunjukkan bahwa berhubungan intim dalam ikatan pernikahan adalah hal yang baik dan bahkan dapat menjadi ladang pahala. Namun, seperti halnya semua aspek dalam hidup, Islam juga memberikan panduan dan aturan mengenai kapan dan bagaimana sebaiknya hubungan intim dilakukan.
Hari yang Dilarang Berhubungan Intim dalam Islam
Dalam Islam, ada beberapa kondisi di mana berhubungan intim dilarang
1. Saat Istri Sedang Haid atau Nifas
Mengapa berhubungan intim saat istri haid atau nifas dilarang dalam Islam? Nah, pertama-tama, mari kita pahami dulu apa itu haid dan nifas.
Haid adalah proses alami yang dialami wanita setiap bulannya, di mana dinding rahim yang telah menebal selama siklus menstruasi akan luruh dan keluar sebagai darah. Proses ini biasanya berlangsung antara 3-7 hari, dan setiap wanita memiliki pola haid yang unik untuk dirinya.
Sedangkan nifas adalah masa pendarahan setelah seorang wanita melahirkan. Dalam masa ini, tubuh wanita sedang membersihkan rahim dari sisa-sisa kehamilan dan persalinan, dan durasinya bisa bervariasi antara beberapa hari hingga beberapa minggu.
Baik saat haid maupun nifas, tubuh wanita sedang dalam proses pembersihan dan regenerasi, dan oleh karena itu, perlu diberikan waktu untuk beristirahat dan pulih. Ini adalah alasan utama mengapa berhubungan intim saat ini dilarang.
Larangan ini juga didasarkan pada sabda Rasulullah SAW: “Buatlah segala sesuatu menjadi halal bagimu kecuali vagina (berhubungan intim).” (HR. Muslim). Ini berarti, meski berhubungan intim dilarang, namun suami masih boleh melakukan tindakan kasih sayang lainnya kepada istrinya, seperti memeluk, mencium, atau memegang tangan.
Setelah masa haid atau nifas selesai dan istrinya sudah melakukan mandi besar (ghusl), berhubungan intim sudah boleh dilakukan. Mandi besar ini adalah bagian dari ritus pembersihan dalam Islam, dan bertujuan untuk memastikan bahwa tubuh dan jiwa si wanita sudah bersih dan siap untuk melanjutkan aktivitas seksual dengan suaminya.
Jadi, walaupun mungkin terasa sulit untuk menahan diri dari berhubungan intim selama masa ini, ingatlah bahwa ini adalah bagian dari menghormati proses alami tubuh wanita dan menjalankan perintah agama.
2. Saat Puasa, dari Terbit Fajar sampai Terbenam Matahari
Saat berpuasa, baik dalam bulan Ramadhan atau puasa sunnah lainnya, suami istri dilarang berhubungan intim. Larangan ini berlaku dari terbit fajar (waktu sahur berakhir) sampai terbenam matahari (waktu berbuka puasa).
Puasa dalam Islam bukan hanya menahan diri dari makan dan minum, tapi juga menahan diri dari hawa nafsu, termasuk aktivitas seksual. Ini adalah cara untuk membersihkan jiwa dan mendekatkan diri kepada Allah.
Larangan berhubungan intim saat puasa ini berdasarkan ayat dalam Al-Qur’an, Surat Al-Baqarah ayat 187: “Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditentukan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa sampai (datang) malam…”
Ayat ini menjelaskan bahwa waktu yang diperbolehkan untuk berhubungan intim saat berpuasa adalah dari terbenam matahari sampai sebelum terbit fajar. Jadi, setelah waktu berbuka puasa tiba dan sebelum waktu sahur berakhir, suami istri boleh berhubungan intim.
Dalam hal ini, penting untuk dicatat bahwa berhubungan intim saat berpuasa tidak hanya merusak puasa, tetapi juga membutuhkan kaffarah, yaitu hukuman atau penebusan dosa, yang bisa berupa puasa selama 60 hari berturut-turut atau memberi makan 60 orang miskin. Jadi, hal ini bukanlah hal yang sepele dan perlu diperhatikan dengan serius oleh pasangan yang berpuasa.
3. Saat I’tikaf
I’tikaf adalah praktik di mana seorang Muslim menghabiskan sejumlah waktu tertentu dalam sepi dan ibadah di masjid, biasanya dilakukan pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Selama periode i’tikaf, seorang Muslim diharapkan untuk memfokuskan diri sepenuhnya pada ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah, sehingga semua aktivitas duniawi, termasuk berhubungan intim, ditinggalkan.
Rasulullah SAW sendiri diketahui melakukan i’tikaf, dan beliau sangat menekankan pada istri dan para sahabatnya untuk menghindari interaksi fisik selama periode ini. Hal ini didasarkan pada sabda Rasulullah SAW seperti yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim:
“Barangsiapa yang i’tikaf, maka ia harus menjauh dari (hubungan) seksual.”
Jadi, jika kamu atau pasanganmu sedang melakukan i’tikaf, penting untuk menahan diri dari berhubungan intim. Meski mungkin terasa sulit, ingatlah bahwa ini adalah kesempatan untuk fokus pada ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah.
4. Saat Ihram dalam Haji atau Umrah
Saat seorang Muslim dalam keadaan ihram — yaitu, keadaan suci saat melakukan haji atau umrah — berhubungan intim adalah salah satu hal yang dilarang. Ini adalah waktu di mana seorang Muslim harus fokus sepenuhnya pada ibadahnya dan menghindari semua hal yang bisa mengalihkan perhatiannya, termasuk hubungan seksual.
Larangan ini dijelaskan dalam Al-Qur’an, Surat Al-Baqarah ayat 197:
“Haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi; barangsiapa yang menunaikan ibadah haji dalam bulan itu, maka tidak boleh rafath (berhubungan intim), melakukan kejahatan dan berbantah-bantahan di dalam masa haji…”
Dengan demikian, jika kamu dan pasanganmu sedang melakukan haji atau umrah, penting untuk mematuhi aturan ini. Meskipun mungkin terasa menantang, ingatlah bahwa ini adalah bagian dari pengorbanan yang dibuat dalam perjalanan ibadah ini.
5. Setelah Shalat Jumat, Sebelum Mandi
Menurut beberapa hadis, disarankan bagi pria yang telah selesai melakukan shalat Jumat untuk mandi sebelum berhubungan intim dengan istri mereka. Hadis dari Abu Sa’id Al Khudri meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW pernah berkata:
“Apabila salah seorang dari kalian datang kepada istrinya pada hari Jum’at, maka hendaklah dia mandi jika ia ingin berhubungan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Maka dari itu, meskipun tidak secara eksplisit dilarang, namun demi menjaga kebersihan dan menghargai pasangan, disarankan untuk mandi sebelum berhubungan intim setelah shalat Jumat.
6. Selama Iddah (Masa Tunggu) Setelah Perceraian atau Kematian Suami
Iddah adalah masa tunggu yang harus dilalui oleh wanita Muslim setelah perceraian atau kematian suaminya sebelum dia dapat menikah lagi. Tujuan dari iddah adalah untuk menentukan apakah wanita tersebut hamil dari suami sebelumnya atau tidak, dan juga sebagai masa berkabung dan pemulihan.
Dalam masa iddah ini, wanita tersebut tidak diperbolehkan untuk berhubungan intim dengan pria lain. Jika dia hamil, maka iddah berlangsung sampai dia melahirkan. Jika tidak, maka iddah berlangsung selama tiga bulan kalendar atau tiga kali haid untuk wanita yang masih menstruasi, dan empat bulan sepuluh hari untuk wanita yang suaminya meninggal.
Hal ini diatur dalam Al-Quran, Surat Al-Baqarah ayat 228 dan Surat Al-Baqarah ayat 234:
“Dan para wanita yang ditalak hendaklah menahan diri (menikah lagi) tiga kali quru’…”
“Dan orang-orang yang meninggal di antara kalian dan meninggalkan isteri, hendaklah isteri-isteri itu menahan diri (menikah lagi) empat bulan sepuluh hari…”
7. Saat Mabuk atau dalam Pengaruh Zat Adiktif Lainnya
Dalam Islam, konsumsi minuman keras atau zat adiktif lainnya yang menyebabkan kehilangan kesadaran atau pengendalian diri adalah haram. Dalam keadaan seperti itu, seseorang tidak diperbolehkan untuk berhubungan intim. Hal ini berlaku baik untuk pria maupun wanita.
Rasulullah SAW pernah berkata dalam sebuah hadis:
“Apa pun yang memabukkan dalam jumlah banyak, maka sedikitnya pun haram.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)
Kebijakan ini bertujuan untuk melindungi kedua belah pihak dalam hubungan, dan memastikan bahwa setiap tindakan yang diambil berdasarkan kesadaran penuh dan dengan persetujuan bersama.
Demikianlah beberapa waktu di mana berhubungan intim dilarang dalam Islam. Semoga artikel ini membantu menjawab pertanyaanmu tentang hari yang dilarang berhubungan intim menurut Islam. Jika kamu memiliki pertanyaan lainnya, jangan ragu untuk menghubungi kami di kunika.id. Semoga kita semua senantiasa diberi petunjuk dan kekuatan untuk menjalankan perintah Allah dengan baik dan benar. Aamiin.