Prosesi Siraman adalah salah satu ritual sakral dalam pernikahan adat Jawa. Dilaksanakan sehari sebelum pernikahan, prosesi ini melambangkan penyucian diri. Mempelai, khususnya pengantin wanita, akan disiram dengan air yang telah diberkahi oleh tujuh orang yang dianggap sebagai orang tua, termasuk orang tuanya sendiri. Air tersebut biasanya berasal dari tujuh sumber air berbeda. Dengan disiram, calon pengantin dianggap telah bersih dari dosa-dosa masa lalunya dan siap memasuki kehidupan baru sebagai pasangan suami istri. Di era modern, banyak pasangan yang memadukan tradisi ini dengan sentuhan kekinian tanpa mengurangi makna spiritual di dalamnya.

Midodareni merupakan salah satu tahapan penting yang dilangsungkan malam sebelum hari pernikahan. Nama Midodareni berasal dari kata dodari, yang artinya malam. Dalam ritual ini, pengantin wanita ditemani oleh kerabat perempuannya, sambil menanti kedatangan pengantin pria beserta rombongannya untuk memberikan seserahan. Prosesi ini melambangkan penghormatan dan permohonan restu kepada keluarga pengantin wanita. Di era modern, Midodareni sering kali diisi dengan acara-acara kecil seperti pembacaan doa bersama atau pertunjukan musik, namun tetap mempertahankan esensi tradisional dari ritual tersebut.

Akad Nikah merupakan inti dari setiap pernikahan dalam tradisi Islam, termasuk di Jawa. Dalam prosesi ini, pengantin pria akan mengucapkan ijab (pernyataan untuk menikahi) dan pengantin wanita akan memberikan kabul (penerimaan). Saksi, yang biasanya adalah orang tua atau tokoh masyarakat, hadir untuk memastikan prosesi berjalan dengan sah. Pengucapan ijab dan kabul harus jelas dan tanpa paksaan. Setelah akad nikah, pengantin resmi menjadi suami istri menurut hukum Islam. Di era modern, seringkali akad nikah dilakukan di masjid atau di rumah dengan dekorasi yang menggabungkan unsur tradisional Jawa dan kekinian.

Prosesi Panggih, juga dikenal dengan Temu, adalah momen emosional ketika pengantin pria dan wanita bertemu setelah akad nikah. Dalam adat Jawa, pertemuan ini sarat dengan simbolisme. Pengantin pria biasanya disambut dengan upacara khusus oleh pihak pengantin wanita. Mereka berdua akan saling memberikan sesaji sebagai bentuk saling menghormati. Kemudian, keduanya akan duduk bersama dan menerima doa dari keluarga serta tetua adat. Di era modern, Panggih seringkali dilengkapi dengan unsur-unsur dekoratif kontemporer, namun tetap mempertahankan esensi tradisionalnya sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur dan tradisi.

Dawet Ayu adalah salah satu prosesi yang unik dalam pernikahan adat Jawa. Prosesi ini melambangkan keharmonisan dan keserasian dalam rumah tangga. Di dalamnya, pengantin pria dan wanita akan bersama-sama menyantap minuman dawet yang memiliki tiga warna berbeda: hijau, putih, dan merah. Setiap warna memiliki makna tersendiri; hijau melambangkan kesuburan, putih untuk kesucian, dan merah untuk keberanian. Minuman ini dihidangkan dalam satu wadah dan keduanya akan bersama-sama meminumnya, menandakan bahwa keduanya siap untuk menjalani hidup bersama dengan segala suka duka yang ada. Prosesi ini adalah wujud harapan agar pernikahan berjalan dengan penuh harmoni dan kebahagiaan.

Resepsi pernikahan adat Jawa adalah puncak dari seluruh rangkaian upacara pernikahan. Di sini, pasangan pengantin duduk di pelaminan yang biasanya dihias dengan nuansa emas dan dekorasi tradisional Jawa. Tamu undangan datang untuk memberikan doa dan ucapan selamat, sekaligus menikmati hidangan yang telah disiapkan. Musik gamelan khas Jawa kerap mengiringi, menciptakan suasana yang kental dengan nuansa kejawen. Pengantin pria dan wanita menerima tamu dengan pakaian adat Jawa, menggambarkan kemegahan dan keanggunan. Resepsi ini tidak hanya menjadi ajang pertemuan kedua keluarga besar, tapi juga refleksi dari kekayaan budaya Jawa yang diwariskan turun-temurun.

Sungkeman adalah salah satu prosesi sakral dalam pernikahan adat Jawa yang dilakukan setelah resepsi. Dalam prosesi ini, pasangan pengantin berlutut dan menyembah di hadapan kedua orang tua mereka sebagai bentuk penghormatan dan permintaan doa restu. Mata pengantin biasanya berkaca-kaca, menunjukkan kedalaman emosi dan rasa syukur kepada orang tua yang telah membesarkan dan mendidik mereka. Prosesi Sungkeman menjadi simbol penting dari pengakuan pasangan atas pengorbanan dan kasih sayang orang tua. Momen ini kerap menjadi puncak emosional dalam pernikahan, menegaskan pentingnya nilai-nilai keluarga dalam tradisi Jawa.